Berbagi dengan semua :D

11 Maret 2012

Never Grow Up Part 1

Aku lagi suka banget sama lagunya Taylor yang Never Grow Up. Lagunya simple tapi maknanya dalem banget. Tentang bagaimana dunia anak kecil, bagaimana mereka tanpa beban menjalani keseharian mereka hanya dengan BERMAIN. Um, jadi pengen balik lagi jadi kecil deh. Masa-masa aku dan gigi ompong sering ke dokter gigi cuma gara-gara tempe. #nostalgila
 Oh iya, aku udah posting liriknya kan? ( belum buka, klik ini )
Karena lagu Taylor Swift itu, aku jadi dapet inspirasi buat bikin cerbung yang isinya nggak akan jauh-jauh dari lagu Taylor itu. Aku juga baru inget aku belum pernah nge-post cerpen atau tulisan dalam bentuk karangan aku di blog ini. Jadi ini yang pertama! Maaf ya kalau rada gimana. Akunya juga bakal rada ngaret buat nyelesaiinnya. So, Enjoy and Happy Reading... :D

---
Part 1 - Masa Itu

"Aku sudah besar, aku tahu apa yang aku butuh, ma!" Ucapku menahan tangis. Dengan cepat ku kunci pintu kamar. Terkesan membanting pintu, namun aku tak peduli.
Perbincangan mereka pun terdengar. Pertengkaran hebat itu terjadi bagai cambuk yang tanpa ampun melukai perasaanku. Bagaimana ini bisa terjadi? Hanya karena keinginanku untuk mengambil tawaran pertukaran pelajar itu mereka menjadi tak se-iya. Aku tak bisa diam membiarkan pertengkaran ini terus terjadi. Aku harus melakukan sesuatu.

"Cukup! Ma, pa! Disha capek, Disha nggak mau cuma karena Disha, kalian bertengkar seperti ini." Kata-kata itu seketika terucap dari mulutku kala itu. " Berhenti bersikap seperti ini, berhenti bersikap kekanak-kanakkan dan bersikaplah dewasa! Selama ini aku pikir kalian lah yang terhebat, kalian adalah seorang yang dewasa. Tapi... tapi... dewasa tidak seperti ini , Ma!"
Papa sekejap mematung. Ruang Keluarga kami seketika lengang, menyisakan suara terisak Mama yang sedari tadi menangis.
"Kalau karena Disha , mama dan papa berdebat seperti ini... Lebih baik Disha nggak tinggal disini. Oma lebih perhatian dan sayang sama Disha."

Kalimat terakhir itu lah yang mengakhiri pertengkaran hebat malam itu. Setelah mengepak barang, Papa langsung mengantarku ke rumah Oma yang jaraknya hanya beberapa blok dari rumahku.
"Maafkan Papa, nak. Papa janji, ketika pulang nanti Mama dan Papa sudah punya keputusan. Papa yakin Mamamu tak akan seperti ini lagi." Ucap Papa ketika di perjalanan menuju rumah Oma. Perkataannya itu seakan-akan ada sesuatu yang salah dari Mama.

Memang, ada apa dengan Mama? Sejauh ini tidak ada yang salah dari sikap Mama. Apa Papa selalu menyalahkan Mama seperti ini? Huh, mereka selalu membuatku bingung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar